Kamis, 29 November 2012

Pengaruh Psikologi dalam Semantik



S E M A N T I K
(Pengaruh Psikologi dalam Semantik)
1 MainForm
OLEH
Nama                          : Dian Lestari
Npm                            : A1A010049
Mata kuliah               : Semantik Bahasa Indonesia
Dosen pembimbing   : Drs. Suryadi, M.Hum.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS BENGKULU
2012


KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang tidak henti-hentinya memberikan rahmat, taufiq dan hidayah kepada hambanya dan senantiasa meridhai amal ibadah kita. Shalawat dan salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam makalah ini membahas tentang semantik dengan disiplin ilmu lain yaitu Psikologi.
Tak lupa kami ucapakan terimakasih kepada dosen pengampuh yang telah membimbing penulis dalam menyusun tugas. Dan juga bagi semua pihak yang telah membantu secara langsung ataupun tidak.
Semoga tugas ini dapat menjadi referensi, inspirasi dan bahan renungan bagi semua kalangan. Tugas ini tidak terlepas dari kekurangan, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun.
Bengkulu,  2 Oktober 2012
Penulis


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah
C.     Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A.    Sejarah Semantik
B.     Pengertian Semantik
C.     Semantik dengan Disiplin Ilmu Lainnya
D.    Pengaruh Psikologi dalam Semantik
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Bahasa merupakan sistem komunikasi yang amat penting bagi manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang tidak terlepas dari arti atau makna pada setiap perkataan yang diucapkan. Sebagai suatu unsur yang dinamik, bahasa sentiasa dianalisis dan dikaji dengan menggunakan perbagai pendekatan untuk mengkajinya. Antara lain pendekatan yang dapat digunakan untuk mengkaji bahasa ialah pendekatan makna. Semantik merupakan salah satu bidang semantik yang mempelajari tentang makna.
Persoalan makna bukan saja dipelajari dalam semantic tetapi juga filsafat, logika dan psikologi. Dengan kata lain bahwa adanya hubungan antara linguistic yang memelajari makna dengan disiplin ilmu-ilmu lain diatas. Hubungan tersebut dikemukakan oleh George (i64:24) sebagai berikut :
Telah diketahui bahwa manusia dalam berkomunikasi menggunakan kalimat(namun ada pula yang berkomunikasi secara non verbal). Kalimat merupakan kajian sintaksis, sedangkan kalimat diucapkan oleh manusia mengandung makna. Dengan demikian dapat dilihat adanya hubungan antara tataran linguistic berupa sintaksis dan semantic.
Lebih lanjut George (1964) berpendapat bahwa selain hubungan antara linguistic, psikologi, logika dan filsafat, tampak pula kedudukan pragmatic semantic behavioral. Kemudian ada pula hubungan antara linguistic, psikologi, logika dan filsafat, tampak pula adanya filsafat linguistik.
Batas-batas pendekatan seorang linguis, filsuf, psikolog, dan orang yang bergerak dalam bidang logika dalam semantik susah untuk dijelaskan.
Semantik sebagai ilmu, memelajari pemaknaan dalam bahasa dan terbatas pada pengalaman manusia. Jadi, secara ontologism semantik membatasi masalah pada pengalaman yang dikajinya hanya pada persoalan yang terdapat didalam ruang lingkup jangkauan pengalaman manusia. Selain itu semantic membicarakan apa yang ditandai. Hal tersebut dikemukakan oleh Morris (1946) dalam bukunya berjudul signa, language dan behavior. Jadi jika seekor anjing bereaksi berharap adanya makanan apabila mendengar bel, maka bel tersebut sebagai penanda adanya makanan.
Sifat kemajemukan bahasa sering menimbulkan kekacauan semantik, misalnya dua oarng sedang berkomunikasi menggunakan kata yang sama untuk pengertian yang berbeda, atau sebaliknya. Namun kekacauan semantic dapat dihindari dengan prinsip kooperatif. Namun Kempson (1997:6) prinsip kooperatif berhubungan dengan kuantitas kata, kuantitas pembicaraan, hubungan pembicaraan dan penyampaian yang jelas.
B.     Rumusan Masalah
Dalam makalah ini memiliki beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana sejarah semantik?
2.      Apa pengertian dari semantik?
3.      Bagaimana semantik dengan disiplin ilmu lainnya?
4.      Bagaimana Pengaruh Psikologi dalam Semantik?

C.    Tujuan
Dalam makalah ini ada pun tujuan penulisan yaitu untuk mengetahui sejarah semantik, pengertian semantik, mengetahui semantik dengan displin ilmu lainnya dan juga untuk mengetahui pengaruh psikologi dalam semantik. Selain dari pada itu tujuan penulisan ini juga untuk memberikan pengetahuan dan wawasan kepada pembaca.

1.       
BAB II
PEMBAHASAN
SEMANTIK
A.    Sejarah Semantik
Semantik di dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris semantics, dari bahasa Yunani Sema (Nomina) ‘tanda’: atau dari verba samaino ‘menandai’, ‘berarti’. Istilah tersebut digunakan oleh para pakar bahasa untuk menyebut bagian ilmu bahasa yang mempelajari makna. Semantik merupakan bagian dari tiga tataran bahasa yang meliputi fonologi, tata bahasa (morfologi-sintaksis) dan semantik.
Istilah semantik baru muncul pada tahun 1984 yang dikenal melalui American Philological Association ‘organisasi filologi amerika’ dalam sebuah artikel yang berjudul Reflected Meanings: A point in Semantics. Istilah semantik sendiri sudah ada sejak abad ke-17 bila dipertimbangkan melalui frase semantics philosophy. Sejarah semantik dapat dibaca di dalam artikel “An Account of the Word Semantics (Word, No.4 th 1948: 78-9). Breal melalui artikelnya yang berjudul “Le Lois Intellectuelles du Language” mengungkapkan istilah semantik sebagai bidang baru dalm keilmuan, di dalam bahasa Prancis istilah sebagai ilmu murni historis (historical semantics).
Historical semantics ini cenderung mempelajari semantik yang berhubungan dengan unsur-unsur luar bahasa, misalnya perubahan makna dengan logika, psikologi, dst. Karya Breal ini berjudul Essai de Semanticskue. (akhir abad ke-19).
Reisig (1825) sebagai salah seorang ahli klasik mengungkapkan konsep baru tentang grammar (tata bahasa) yang meliputi tiga unsur utama, yakni etimologi, studi asal-usul kata sehubungan dengan perubahan bentuk maupun makna; sintaksis, tata kalimat dalam semasiologi, ilmu tanda (makna). Semasiologi sebagai ilmu baru pada 1820-1925 itu belum disadari sebagai semantik. Istilah Semasiologi sendiri adalah istilah yang dikemukakan Reisig. Berdasarkan pemikiran Resigh tersebut maka perkembangan semantik dapat dibagi dalam tiga masa pertumbuhan, yakni:
1)      Masa pertama, meliputi setengah abad termasuk di dalamnya kegiatan reisig; maka ini disebut Ullman sebagai ‘Undergound’ period.
2)      Masa Kedua, yakni semantik sebagai ilmu murni historis, adanya pandangan historical semantics, dengan munculnya karya klasik Breal(1883)
3)      Masa perkembangan ketiga, studi makna ditandai dengan munculnya karya filolog Swedia Gustaf Stern (1931) yang berjudul “Meaning and Change of Meaning With Special Reference to the English Language Stern melakukan kajian makna secara empiris
Semantik dinyatakan dengan tegas sebagai ilmu makna, baru pada tahun 1990-an dengan munculnya Essai de semantikue dari Breal, yang kemudian pada periode berikutnya disusul oleh karya Stern. Tetapi, sebelum kelahiran karya stern, di Jenewa telah diterbitkan bahan, kumpulan kuliah dari seorang pengajar bahasa yang sangat menentukan perkembangan linguistik berikutnya, yakni Ferdinand de Saussure, yang berjudul Cours de Linguistikue General. Pandangan Saussure itu menjadi pandangan aliran strukturalisme. Menurut pandangan strukturalisme de Saussure, bahasa merupakan satu sistem yang terdiri atas unsur-unsur yang saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan (the whole unified). Pandangan ini kemudian dijadikan titik tolak penelitian, yang sangat kuat mempengaruhi berbagai bidang penelitian, terutama di Eropa.
Pandangan semantik kemudian berbeda dengan pandangan sebelumnya, setelah karya de Saussure ini muncul. Perbedaan pandangan tersebut antara lain:
1)      Pandangan historis mulai ditinggalkan
2)      Perhatian mulai ditinggalkan pada struktur di dalam kosa kata,
3)      Semantik mulai dipengaruhi stilistika
4)      Studi semantik terarah pada bahasa tertentu (tidak bersifat umum lagi)
5)      Hubungan antara bahasa dan pikira mulai dipelajari, karena bahasa merupakan kekuatan yang menetukan dan mengarahkan pikiran (perhatian perkembangan dari ide ini terhadap SapirWhorf, 1956-Bahasa cermin bangsa).
6)      Semantik telah melepaskan diri dari filsafat, tetapi tidak berarti filsafat tidak membantu perkembangan semantik (perhatikan pula akan adanya semantik filosofis yang merupakan cabang logika simbolis.
Pada tahun 1923 muncul buku The Meaning of Meaning karya Ogden & Richards yang menekankan hubungan tiga unsur dasar, yakni ‘thought of reference’ (pikiran) sebagai unsur yang menghadirkan makna tertentu yang memiliki hubungan signifikan dengan referent(acuan). Pikiran memiliki hubungan langsung dengan symbol (lambang). Lambang tidak memiliki hubungan langsung dengan symbol (lambang). Lambang tidak memiliki hubungan yang arbitrer. Sehubungan dengan meaning, para pakar semantik biasa menetukan fakta bahwa asal kata meaning(nomina) dari to mean (verba), di dalamnya banyak mengandung ‘meaning’ yang berbeda-beda. Leech (1974) menyatakan bahwa ahli-ahli semantik sering tidak wajar memikirkan’the meaning of meaning’ yang diperlukan untuk pengantar studi semantik. Mereka sebenarnya cenderung menerangkan semantik dalam hubungannya dengan ilmu lain; para ahli sendiri masih memperdebatkan bahwa makna bahasa tidak dapat dimengerti atau tidak dapat dikembangkan kecuali dalam makna nonlinguistik.

B.     Pengertian Semantik
Semantik yang berasal dari bahasa Yunani, mengandung makna to signify  atau memaknai. Sebagai istilah teknis, semantik mengandung pengertian "studi tentang makna". Dengan anggapan bahwa makna menjadi bagian dari bahasa, maka semantik merupakan bagian dari Linguistik. Hubungan ketiga komponen itu sesuai dengan kenyataan bahwa:
a)      Bahasa pada awalnya merupakan bunyi-bunyi abstrak yang mengacu pada adanya lambang-lambang tertentu,
b)      Lambang-lambang merupakan seperangkat sistem yang memiliki tatanan dan hubungan tertentu, dan
c)      Seperangkat lambang yang memiliki bentuk dan hubungan itu mengasosiasikan adanya makna tertentu (Palmer,1981 : 5)

C.    Semantik dan Disiplin Ilmu Lainnya.
Bahasa pada dasarnya merupakan sesuatu yang khas di miliki manusia. Ernst Cassirer dalam ini menyebut manusia sebagai animal syimbolicum, yakni makhluk yang menggunakan media berupa simbuk kebahasaan dalam memberi arti dan mengisi kehidupannya.
Dari adanya kenyataan itu, dapat dimaklumi bila bahasa bagi manusia memiliki fungsi yang cukup kompleks dan beragam,seperti di ungkapkan Halliday, bahasa selain memiliki fungsi:
1.      Insrumental, alat untuk memenuhi kebutuhan material,
2.      Regulatory, mengatur dan mengontrol prilaku individu yang satu dengan yang lain dalam suatu hubungan sosial.
3.      Interaksional, menciptakan jalinan hubungan antara individu yang satu dengan yang lain maupun kelompak yang lain.
4.      Personal, media identifikasi dan ekspresi diri,
5.      Heuristik, untik menjajahi, mempelajari, memahami dunia sekitar,
6.      Imajinasi, mengkreasikan dunia dalam kesadaran dunia batin seseorang.
7.      Informatif, media penyampai pesan dalam kegiatan komunikasi, juga dapat difungsikan untuk menafsirkan dan memahami keseluruhan pengalaman batin seseorang, meredusikan kembali keseluruhan batin seseorang sejalan dengan tedapatnya berbagai fenomena di dunia sekitar, meyertai proses kesadaran batin , mengatur sejumlah fenomena dalam berbagai klas katagori sesuai dengan jenis objek, ciri proses maupun lakuan, bentuk masyarakat dan institutsi dan sebagainya. (Halliday, 1978: 21) 

Dari terdapat sejumlah fungsi bahasa diatas, dapat di maklumi apabila sematik juga memiliki hubungan dengan sejumlah displin ilmu lain. Salah satu dari tiga displin ilmu yang memiliki hubungan erat dengan semantik juga memiliki hubungan erat dengan semantik maupun linguistik pada umumnya adalah psikologi.

D.    Pengaruh Psikologi dalam Semantik
Hubungan yang begitu erat antara bahasa dengan aspek kejiwaan manusia, salah satunya ditandai oleh kehadiran displin ilmu yang mengkaji linguistik dari sudut psikologi. Seperti telah diketahui, disiplin ilmu yang dimaksud adalah psikolinguistik. Dalam proses menyusun dan memahami pesan lewat kode kebahasaan, unsur-unsur kejiwaan seperti kesadaran batin, pikiran, asosiasi, maupun pengalaman, jelas tidak dapat diabaikan. 
Seorang filsuf yang juga berpengaruh besar dalam bidang psikologi, Jhon Locke mengungkapkan bahwa pemakaian kata-kata juga dapat diartikan sebagai penanda bentuk gagasan tertentu karena bahasa juga menjadi instrumen pikiran yang mengacu pada suasana maupun realitas tertentu. (Alston, 1964: 22). Keberadan kata-kata yang menjadi penanda bentuk gagasan itu tentunya bukan pada struktur bunyi atau bentuk penulisannya, melainkan pada makna. Kekuatan pengaruh psikologi dalam bidang semantik juga ditandai oleh adanya pengaruh sejumlah aliran dalam psikolog, misalnya behaviorisme, psikologi Gestalt field theory, kognitivisme maupun psikologi humanistik dalam kajian sematik. Pada sisi lain, rangkaian pengaruh filsafat terhadap kajian psikologi itu sendiri tentunya juga tidak dapat diabaikan.
Pendekatan psikolog behaviorisme dalam kajian makna bertolak dari anggapan bahwa makna merupakan bentuk responsi terhadap stimuli yang di peroleh oleh pemeran dalam komunikasi sesuai dengan asosiasi maupun hasil belajar yang dimiliki (Paivio & Begg, 1981: 94). Asosiasi makna dalam hal ini ditentukan oleh bentuk perilaku realitas yang diacu lambang kebahasaan.
Pendekatan psikologi kognitif dalam pengkajian makna dapat dibedakan antara : 
1.      Kelompok yang lebih banyah berorientasi pada teori psikologi kognitif
2.      Kelompok yang lebih banyak berorientasi pada linguistik.

Salah satu model analisis fitur sematis kata lewat pendekatan psikolog kognitif yang lebih banyak berorientasi pada linguistik, dilaksanakan antara lain dengan cara :
a.       Mengidentifikasi sejumlah ciri referen yang diacu oleh kata,
b.      Mengidentifikasi kemungkinan adanya hubungan referen suatu kata dengan acuan referen suatu kata dengan acuan referen dalam kata lainnya, serta 
c.       Mengidentifikasi  "ciri khusus" setiap kata yang memiliki ciri hubungan acuan referen, sebagai butir yang membedakan fitur sematis kata itu dengan lainnya.

Pengaruh semantik yang berasal dari psikologi yaitu pada adanya perubahan makna. Perubahan makna secara psikologis terjadi kerena adanya perasaan untuk memperhalus ucapan yang disebabkan oleh rasa takut, menjaga perasaan orang lain dan sebagainya. Dalam bukunya Pengantar Semantik, Stephen Ulman menyebutkan bahwa ada dua sebab yang mempengaruhi faktor psikologis, yaitu:
a.       Faktor emotif yaitu perubahan makna yang disebabkan karenapengaruh perasaan. Menurut Sperber,jika kita secara intens berminatdalam suatu hal, maka kita cenderung membicarakan hal tersebut,walaupun sebenarnya tidak ada kaitannya dengan apa yang kitabicarakan.
Contoh:
1)      Kata bomber  adalah sebuah pesawat pembom, namun kita seringmenggunakan kata tersebut untuk menyebutkan wanita gemuk 
2)      Kata mengebom adalah sebuah kegiatan meluncurkan bom, namunsering digunakan untuk menyampaikan makna mengentut.
b.      Tabu
Tabu tersebut juga dibagi menjadi tiga, yaitu:
1)      Tabu karena ketakutan yaitu sebuah ketakutan terhadap makhluk atausesuatu yang supranatural untuk menyebutkan namanya. Contohnya:
a)      Di masyarakat Jawa, di desa kebiasaan menyebut roh-roh yang dikeramatkan dengan sebutan mbah/kakek.
b)      Di Sumatra kebiasaan para pemburu menyebut ular dengan akar  dan kyai untuk macan.
2)      Tabu karena kenyamanan yaitu adanya kecenderungan untuk mbghindarkan acuan langsung kapada hal-hal yang tidak menyenangkan. Contohnya:
a)      Mengatakan uang suap, untuk korupsi dan semacamnya.
b)      Mengatakan kata diamankan untuk makna kata ditahan.
3)      Tabu karena sopan santun yaitu tiga hal yang mengenai seks, bagian, fungsitubuh tertentu dan cacian.Contohnya :
a)      Kata kotor bermakna tidak senonoh/porno.
b)      Kurang asem bermakna kurang ajar.



BAB III
KESIMPULAN
Bahasa merupakan alat komunikasi manusia yang tidak terlepas dari arti atau makna pada setiap perkataan yang diucapkan. Semantik merupakan salah satu cabang ilmu yang dipelajari dalam studi linguistik. Dalam semantik kita mengenal yang disebut klasifikasi makna, relasi makna, erubahan makna, analisis makna, dan makna pemakaian bahasa. Semantik adalah subdisiplin linguistik yang membicarakan makna yaitu makna kata dan makna kalimat.
Semantik merupakan salah satu cabang dari linguistik yang membahas tentang makna kata. Mengkaji makna bahasa (sebagai alat komunikasi verbal) tentu tidak dapat terlepas dari para penggunanya. Pengguna bahasa adalah masyarakat. Oleh karena itu studi semantik berpengaruh pada ilmu sosial lain, salah satunya adalah psikologi.
Pengaruh semantik yang berasal dari psikologi yaitu pada adanya perubahan makna. Perubahan makna secara psikologis terjadi kerena adanya perasaan untuk memperhalus ucapan yang disebabkan oleh rasa takut, menjaga perasaan orang lain dan sebagainya.


DAFTAR PUSTAKA
DR. Manqur Abdul Galey, Ilmu Ad-Dilalah, Ushuluh wa Mabahitsu Fi At-Turats Al-Araby, (Damaskus: Maktabah Al-Asad, 2001 Parera J.D, 2004, Teori Linguistik. Jakarta : Erlangga


Tidak ada komentar:

Posting Komentar