PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
OLEH: DIAN LESTARI
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,
puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberi karunia yang tiada henti, sehingga
terselesainya tugas ini.
Tak lupa penulis
ucapakan terimakasih kepada dosen pengampuh Dr. Susetyo,
M.Pd. yang telah membimbing penulis dalam menyusun tugas. Dan juga bagi semua pihak yang telah membantu secara langsung ataupun tidak.
Semoga tugas ini dapat menjadi referensi, inspirasi dan bahan renungan bagi semua kalangan. Tugas ini
tidak terlepas dari kekurangan, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun.
Bengkulu, 19 September 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada banyak persoalan yang dihadapi
guru waktu ia berdiri di depan kelas. Maka untuk itu guru melakukan penelitian
kelas. Secara ringkas, penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok
guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar
dari pengalaman mereka sendiri. Misalnya dengan mencobakan suatu gagasan
perbaikan yang diterapkan dalam praktek pembelajaran mereka, serta melihat
pengaruh nyata dari upaya tindakan tersebut.
Belakangan ini Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) semakin menjadi trend untuk dilakukan oleh para profesional sebagai
upaya pemecahan masalah dan peningkatan mutu di berbagai bidang. Awal mulanya,
PTK, ditujukan untuk mencari solusi terhadap masalah sosial (pengangguran, kenakalan
remaja, dan lain-lain) yang berkembang di masyarakat pada saat itu. PTK
dilakukan dengan diawali oleh suatu kajian terhadap masalah tersebut secara
sistematis. Hal kajian ini kemudian dijadikan dasar untuk mengatasi masalah
tersebut. Dalam proses pelaksanaan rencana yang telah disusun, kemudian
dilakukan suatu observasi dan evaluasi yang dipakai sebagai masukan untuk
melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada tahap pelaksanaan. Hasil dari
proses refeksi ini kemudian melandasi upaya perbaikan dan peryempurnaan rencana
tindakan berikutnya. Tahapan-tahapan di atas dilakukan berulang-ulang dan
berkesinambungan sampai suatu kualitas keberhasilan tertentu dapat tercapai.
Dalam bidang pendidikan, khususnya
kegiatan pembelajaran, PTK berkembang sebagai suatu penelitian terapan. PTK
sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan mutu proses dan hasil
pembelajaran di kelas. Dengan melaksanakan tahap-tahap PTK, guru dapat
menemukan solusi dari masalah yang timbul di kelasnya sendiri, bukan kelas
orang lain, dengan menerapkan berbagai ragam teori dan teknik pembelajaran yang
relevan secara kreatif. Selain itu sebagai penelitian terapan, disamping guru
melaksanakan tugas utamanya mengajar di kelas, tidak perlu harus meninggalkan
siswanya. Jadi PTK merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalah-masalah
aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan. Dengan melaksanakan PTK, guru
mempunyai peran ganda : praktisi dan peneliti.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action Research)?
2. Mengapa Penelitian Tindakan Kelas Itu Penting
?
3.
Bagaimana Hakikat
Penelitian Tindakan Kelas?
4.
Sebutkan Jenis
Penelitian Tindakan Kelas?
5.
Sebutkan Model-model
Penelitian Tindakan Kelas?
6.
Bagaimana Pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas Tersebut?
7.
Bagaimana Cara Menyusun Proposal PTK?
8.
Bagaimana Contoh
Judul-judul PTK?
C. Tujuan
1. Memahami Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action Research)
2. Mengetahui Mengapa Penelitian Tindakan Kelas
Penting
3.
Mengetahui Hakikat
Penelitian Tindakan Kelas
4.
Mengetahui Jenis
dari Penelitian Tindakan Kelas
5.
Mengetahui Model-model
Penelitian Tindakan Kelas
6.
Memahami Pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas
7.
Mengetahui Bagaiman Cara Menyusun Proposal PTK
8.
Mengetahui Judul-judul
PTK
9.
Sebagai Salah
Satu Pedoman Kita, Ketika Ingin Membuat Proposal PTK
10. Membantu Pembaca dalam Menambah Pengetahuannya
Terhadap PTK
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action Research)
Susetyo (2010: 88)
mengemukakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang
menunjuk kepada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara
dan aturan metodologi tertentu guna memperoleh data atau informasi yang
bermanfaat dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Sudah beberapa tahun
yang lalu penelitian tindakan kelas dikenal dan ramai dibicarakan dalam dunia
pendidikan. Dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah Classroom Action Research (CAR), yaitu sebuah kegiatan penelitian yang
dilakukan dikelas.
Suharsimi (2006:2)
mengemukakan dari ketiga kata “Penelitian Tindakan Kelas”, maka ada tiga
pengetian yang dapat diterangkan.
1. Penelitian –menunjuk pada suatu kegiatan
mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodelogi tertentu
untuk memperoleh data atau informasi yang mermanfaat dalam meningkatkan mutu
suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan –menujuk pada suatu gerak kegiatan
yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk
rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
3. Kelas –dalam hal ini tidak terikat pada
pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti
yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud
dengan istilah kelas adalah
sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama dari guru yang sama pula.
Jadi, dapat
disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian atau
pencermatan yang dilakukan didalam kelas (sekelompok siswa) berupa suatu
tindakan yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Penelitian
tindakan (action research) memiliki
ruang lingkup yang lebih luas dari PTK karena objek penelitian tindakan tidak
hanya terbatas didalam kelas, tetapi bisa di luar kelas, seperti sekolah,
organisasi, komunitas, dan masyarakat.
B.
Mengapa Penelitian Tindakan Kelas Penting ?
Ada beberapa alasan mengapa PTK
merupakan suatu kebutuhan bagi guru untuk meningkatkan profesional seorang guru
:
1.
PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka
tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya. Dia menjadi reflektif dan
kritis terhadap lakukan.apa yang dia dan muridnya
2.
PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi
profesional. Guru tidak lagi sebagai seorang praktis, yang sudah merasa puas
terhadap apa yang dikerjakan selama bertahun-tahun tanpa ada upaya perbaikan
dan inovasi, namun juga sebagai peneniliti di bidangnya.
3.
Dengan melaksanakan tahapan-tahapan dalam PTK, guru
mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap
apa yang terhadap apa yang terjadi di kelasnya. Tindakan yang dilakukan guru
semata-mata didasarkan pada masalah aktual dan faktual yang berkembang di
kelasnya.
4.
Pelaksanaan PTK tidak menggangu tugas pokok seorang
guru karena dia tidak perlu meninggalkan kelasnya. PTK merupakan suatu kegiatan
penelitian yang terintegrasi dengan pelaksanaan proses pembelajaran.
5.
Dengan melaksanakan PTK guru menjadi kreatif karena
selalu dituntut untuk melakukan upaya-upaya inovasi sebagai implementasi dan
adaptasi berbagai teori dan teknik pembelajaran serta bahan ajar yang
dipakainya.
6.
Penerapan PTK dalam pendidikan dan pembelajaran
memiliki tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek
pembelajaran secara berkesinambungan sehingga meningkatan mutu hasil instruksional;
mengembangkan keterampilan guru; meningkatkan relevansi; meningkatkan efisiensi
pengelolaan instruksional serta menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas
guru.
C. Hakikat
Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt
Lewin pada tahun 1946. Inti gagasan Lewin inilah yang selanjutnya dikembangkan
oleh ahli-ahli lain seperti Stephen Kemmis, Robin McTaggart, John Elliot, Dave
Ebbutt, dan sebagainya.
PTK di Indonesia baru dikenal pada
akhir dekade 80-an. Oleh karenanya, sampai sekarang keberadaannya sebagai salah satu jenis
penelitian masih sering menjadikan pro dan kontra, terutama jika dikaitkan
dengan bobot keilmiahannya.
Jenis penelitian ini dapat dilakukan
didalam bidang pengembangan organisasi, manejemen, kesehatan atau kedokteran,
pendidikan, dan sebagainya. Di dalam bidang pendidikan penelitian ini dapat
dilakukan pada skala makro ataupun mikro. Dalam skala mikro misalnya dilakukan
di dalam kelas pada waktu berlangsungnya suatu kegiatan belajar-mengajar untuk
suatu pokok bahasan tertentu pada suatu mata kuliah. Untuk lebih detailnya
berikut ini akan dikemukan mengenai hakikat PTK.
Menurut John Elliot bahwa yang
dimaksud dengan PTK ialah kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk
meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya (Elliot, 1982). Seluruh prosesnya,
telaah, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengaruh
menciptakan hubungan yang diperlukan antara evaluasi diri dari perkembangan
profesional. Pendapat yang hampir senada dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart,
yang mengatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang
dilakukan oleh peserta–pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan
penalaran dan keadilan praktik-praktik itu dan terhadap situasi tempat
dilakukan praktik-praktik tersebut (Kemmis dan Taggart, 1988).
Menurut Carr dan Kemmis seperti yang
dikutip oleh Siswojo Hardjodipuro, dikatakan bahwa yang dimaksud dengan istilah
PTK adalah suatu bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan
(guru, siswa atau kepala sekolah) dalam situasi-situasi sosial (termasuk
pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran (a) praktik-praktik
sosial atau pendidikan yang dilakukan dilakukan sendiri, (b) pengertian
mengenai praktik-praktik ini, dan (c) situasi-situasi ( dan lembaga-lembaga )
tempat praktik-praktik tersebut dilaksanakan (Harjodipuro, 1997).
Lebih lanjut, dijelaskan oleh
Harjodipuro bahwa PTK adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki pendidikan
melalui perubahan, dengan mendorong para guru untuk memikirkan praktik mengajarnya
sendiri, agar kritis terhadap praktik tersebut dan agar mau utuk mengubahnya.
PTK bukan sekedar mengajar, PTK mempunyai makna sadar dan kritis terhadap
mengajar, dan menggunakan kesadaran kritis terhadap dirinya sendiri untuk
bersiap terhadap proses perubahan dan perbaikan proses pembelajaran. PTK
mendorong guru untuk berani bertindak dan berpikir kritis dalam mengembangkan
teori dan rasional bagi mereka sendiri, dan bertanggung jawab mengenai
pelaksanaan tugasnya secara profesional.
Berdasarkan pendapat-pendapat di
atas, jelaslah bahwa dilakukannya PTK adalah dalam rangka guru bersedia untuk
mengintropeksi, bercermin, merefleksi atau mengevalusi dirinya sendiri sehingga
kemampuannya sebagai seorang guru/pengajar diharapkan cukup professional untuk selanjutnya,
diharapkan dari peningkatan kemampuan diri tersebut dapat berpengaruh terhadap
peningkatan kualitas anak didiknya, baik dalam aspek penalaran; keterampilan,
pengetahuan hubungan sosial maupun aspek-aspek lain yang bermanfaat bagi anak
didik untuk menjadi dewasa.
Dengan dilaksanakannya PTK, berarti
guru juga berkedudukan sebagai peneliti, yang senantiasa bersedia meningkatkan
kualitas kemampuan mengajarnya. Upaya peningkatan kualitas tersebut diharapkan
dilakukan secara sistematis, realities, dan rasional, yang disertai dengan
meneliti semua “ aksinya di depan kelas sehingga gurulah yang tahu persis
kekurangan-kekurangan dan kelebihannya. Apabila di dalam pelaksanaan “aksi” nya
masih terdapat kekurangan, dia akan bersedia mengadakan perubahan sehingga di
dalam kelas yang menjadi tanggungjawabnya tidak terjadi permasahan.
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan PTK ialah suatu penelitian yang
dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan
oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan
sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan
belajar-mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.
Sementara itu, dilaksanakannya PTK di antaranya untuk meningkatkan kualitas
pendidikan atau pangajaran yang diselenggarakan oleh guru/pengajar-peneliti itu
sendiri, yang dampaknya diharapkan tidak ada lagi permasalahan yang mengganjal
di kelas.
D. Jenis
Penelitian Tindakan Kelas
Ada empat jenis PTK, yaitu: (1) PTK
diasnogtik, (2) PTK partisipan, (3) PTK empiris, dan (4) PTK eksperimental
(Chein, 1990). Untuk lebih jelas, berikut dikemukakan secara singkat mengenai
keempat jenis PTK tersebut.
1. PTK
Diagnostik; yang dimaksud dengan PTK diagnostik ialah penelitian
yang dirancang dengan menuntun peneliti ke arah suatu tindakan. Dalam hal ini
peneliti mendiagnosia dan memasuki situasi yang terdapat di dalam latar
penelitian. Sebagai contohnya ialah apabila peneliti berupaya menangani perselisihan,
pertengkaran, konflik yang dilakukan antar siswa yang terdapat di suatu sekolah
atau kelas.
2. PTK
Partisipan; suatu penelitian dikatakan sebagai PTK partisipan
ialah apabila orang yang akan melaksanakan penelian harus terlibat langsung
dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa
laporan. Dengan demikian, sejak penencanan panelitian peneliti senantiasa
terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencacat, dan mengumpulkan data, lalu
menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan hasil panelitiannya. PTK
partisipasi dapat juga dilakukan di sekolah seperti halnya contoh pada butir a
di atas. Hanya saja, di sini peneliti dituntut keterlibatannya secara langsung
dan terus-menerus sejak awal sampai berakhir penelitian.
3. PTK Empiris; yang
dimaksud dengan PTK empiris ialah apabila peneliti berupaya melaksanakan
sesuatu tindakan atau aksi dan membukakan apa yang dilakukan dan apa yang
terjadi selama aksi berlangsung. Pada prinsipnya proses penelitinya berkenan
dengan penyimpanan catatan dan pengumpulan pengalaman penelti dalam pekerjaan
sehari-hari.
4. PTK
Eksperimental; yang dikategorikan sebagai PTK eksperimental ialah
apabila PTK diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau
strategi secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiatam belajar-mengajar.
Di dalam kaitanya dengan kegitan belajar-mengajar, dimungkinkan terdapat lebih
dari satu strategi atau teknik yang ditetapkan untuk mencapai suatu tujuan
instruksional. Dengan diterapkannya PTK ini diharapkan peneliti dapat
menentukan cara mana yang paling efektif dalam rangka untuk mencapai tujuan
pengajaran.
E. Model-model
Penelitian Tindakan Kelas
Ada beberapa model PTK yang sampai
saat ini sering digunakan di dalam dunia pendidikan, di antaranya: (1) Model
Kurt Lewin, (2) Model Kemmis dan Mc Taggart, (3) Model John Elliot, dan (4)
Model Dave Ebbutt.
1. Model Kurt
Lewin; di depan
sudah disebutnya bahwa PTK pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada
tahun 1946. konsep inti PTK yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin ialah bahwa
dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu: (1) Perencanaan (
planning), (2) aksi atau tindakan (acting), (3) Observasi (observing), dan (4)
refleksi (reflecting) (Lewin, 1990). Sementara itu, empat langkah dalam satu
siklus yang dikemukakan oleh Kurt Lewin tersebut oleh Ernest T. Stringer
dielaborasi lagi menjadi : (1) Perencanaan (planning), (2) Pelaksanaan
(implementing), dan (3) Penilaian (evaluating) (Ernest, 1996).
2. Model John
Elliot; apabila dibandingkan dua model yang sudah diutarakan
di atas, yaitu Model Kurt Lewin dan Kemmis-McTaggart, PTK Model John Elliot ini
tampak lebih detail dan rinci. Dikatakan demikian, oleh karena di dalam setiap
siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa aksi yaitu antara 3-5 aksi
(tindakan). Sementara itu, setiap aksi kemungkinan terdiri dari beberapa
langkah, yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar. Maksud
disusunnya secara terinci pada PTK Model John Elliot ini, supaya terdapat
kelancaran yang lebih tinggi antara taraf-taraf di dalam pelaksanan aksi atau
proses belajar-mengajar. Selanjutnya, dijelaskan pula olehnya bahwa terincinya
setiap aksi atau tindakan sehingga menjadi beberapa langkah oleh karena suatu
pelajaran terdiri dari beberapa subpokok bahasan atau materi pelajaran. Di
dalam kenyataan praktik di lapangan setiap pokok bahasan biasanya tidak akan
dapat diselesaikan dalam satu langkah, tetapi akan diselesaikan dalam beberapa
rupa itulah yang menyebabkan John Elliot menyusun model PTK yang berbeda secara
skematis dengan kedua model sebelumnya, yaitu seperti dikemukakan berikut ini.
3. Model
Kemmis dan Taggart; permasalahan penelitian difokuskan kepada strategi
bertanya kepada siswa dalam pembelajaran sains. Ini karena banyak siswa yang
belajar sains dengan cara menghafal bukan proses inkuiri. Maka dirancanglah
strategi bertanya yaitu pada tahap perencanaan (Plan). Langsung kepada pokok tindakan (act), mulai diajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa. Pada
pengamatan (observe),pertanyaan dan
jawaban siswa direkam atau dicatat sebagai bahan pengamatan, selanjutnya
refleksi (reflect)melihat
kesalahan-kesalahan yang terjadi, dan jika perlu dilakukan perbaikan.
4.
Model Dave Ebbutt; model ini
menujukkan alur kegiatan penelitian. Dilanjutkan dengan kegiatan diskusi,
negosiasi, menyelidiki kesempatan, mengases kemungkinan,dan kendala-kendala
dengan singkat mencangkup keseluruhan analisis.
|
F. Pelaksanaan
Penelitian Tindakan Kelas
Banyak model PTK yang dapat diadopsi
dan diimplementasikan di dunia pendidikan. Namun secara singkat, pada dasarnya
PTK terdiri dari 4 (empat) tahapan dasar yang saling terkait dan
berkesinambungan: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3)
pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting). Namun sebelumnya,
tahapan ini diawali oleh suatu Tahapan Pra PTK, yang meliputi:
- Identifikasi masalah
- Analisis masalah
- Rumusan masalah
- Rumusan hipotesis tindakan
Tahapan Pra PTK ini sangat esensial
untuk dilaksanakan sebelum suatu rencana tindakan disusun. Tanpa tahapan ini
suatu proses PTK akan kehilangan arah dan arti sebagai suatu penelitian ilmiah.
Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan guna menuntut pelaksanaan tahapan PTK
adalah sebagai berikut ini.
- Apa yang memprihatinkan dalam proses pembelajaran?
- Mengapa hal itu terjadi dan apa sebabnya?
- Apa yang dapat dilakukan dan bagaimana caranya mengatasi keprihatinan tersebut?
- Bukti-bukti apa saja yang dapat dikumpulkan untuk membantu mencari fakta apa yang terjadi?
- Bagaimana cara mengumpulkan bukti-bukti tersebut?
Jadi, tahapan pra PTK ini
sesungguhnya suatu reflektif dari guru terhadap masalah yang ada dikelasnya.
Masalah ini tentunya bukan bersifat individual pada salah seorang murid saja,
namun lebih merupakan masalah umum yang bersifat klasikal, misalnya kurangnya
motivasi belajar di kelas, rendahnya kualitas daya serap klasikal, dan
lain-lain.
Berangkat dari hasil pelaksanaan
tahapan Pra PTK inilah suatu rencana tindakan dibuat.
1. Perencanaan Tindakan; berdasarkan
pada identifikasi masalah yang dilakukan pada tahap pra PTK, rencana tindakan
disusun untuk menguji secara empiris hipotesis tindakan yang ditentukan.
Rencana tindakan ini mencakup semua langkah tindakan secara rinci. Segala
keperluan pelaksanaan PTK, mulai dari materi/bahan ajar, rencana pengajaran
yang mencakup metode/ teknik mengajar, serta teknik atau instrumen observasi/
evaluasi, dipersiapkan dengan matang pada tahap perencanaan ini. Dalam tahap
ini perlu juga diperhitungkan segala kendala yang mungkin timbul pada saat
tahap implementasi berlangsung. Dengan melakukan antisipasi lebih dari
diharapkan pelaksanaan PTK dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan
hipotesis yang telah ditentukan.
2. Pelaksanaan Tindakan; tahap ini
merupakan implementasi ( pelaksanaan) dari semua rencana yang telah dibuat.
Tahap ini, yang berlangsung di dalam kelas, adalah realisasi dari segala teori
pendidikan dan teknik mengajar yang telah disiapkan sebelumnya. Langkah-langkah
yang dilakukan guru tentu saja mengacu pada kurikulum yang berlaku, dan
hasilnya diharapkan berupa peningkatan efektifitas keterlibatan kolaborator
sekedar untuk membantu si peneliti untuk dapat lebih mempertajam refleksi dan
evaluasi yang dia lakukan terhadap apa yang terjadi dikelasnya sendiri. Dalam
proses refleksi ini segala pengalaman, pengetahuan, dan teori pembelajaran yang
dikuasai dan relevan.
3. Pengamatan Tindakan; kegiatan observasi dilakukan
bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Data yang dikumpulkan pada tahap ini
berisi tentang pelaksanaan tindakan dan rencana yang sudah dibuat, serta
dampaknya terhadap proses dan hasil intruksional yang dikumpulkan dengan alat
bantu instrumen pengamatan yang dikembangkan oleh peneliti. Pada tahap ini
perlu mempertimbangkan penggunaan beberapa jenis instrumen ukur penelitian guna
kepentingan triangulasi data. Dalam melaksanakan observasi dan evaluasi, guru
tidak harus bekerja sendiri. Dalam tahap observasi ini guru bisa dibantu oleh
pengamat dari luar (sejawat atau pakar). Dengan kehadiran orang lain dalam
penelitian ini, PTK yang dilaksanakan menjadi bersifat kolaboratif. Hanya saja
pengamat luar tidak boleh terlibat terlalu dalam dan mengintervensi terhadap
pengambilan keputusan tindakan yang dilakukan oleh peneliti. Terdapat empat
metode observasi, yaitu : observasi terbuka; observasi terfokus; observasi
terstruktur dan dan observasi sistematis. Beberapa prinsip yang harus dipenuhi
dalam observasi, diantaranya a) ada perencanaan antara dosen/guru
dengan pengamat; (b) fokus observasi harus ditetapkan bersama; (c) dosen/guru
dan pengamat membangun kriteria bersama; (d) pengamat memiliki keterampilan
mengamati; dan (e) balikan hasil pengamatan diberikan dengan segera. Adapun
keterampilan yang harus dimiliki pengamat diantaranya : (a) menghindari kecenderungan
untuk membuat penafsiran; (b) adanya keterlibatan keterampilan antar pribadi;
(c) merencanakan skedul aktifitas kelas; (d) umpan balik tidak lebih dari 24
jam; (d) catatan harus teliti dan sistemaris
4. Refleksi Terhadap Tindakan; tahapan ini
merupakan tahapan untuk memproses data yang didapat saat dilakukan pengamatan.
Data yang didapat kemudian ditafsirkan dan dicari eksplanasinya, dianalisis,
dan disintesis. Dalam proses pengkajian data ini dimungkinkan untuk melibatkan
orang luar sebagai kolaborator, seperti halnya pada saat observasi.
Keterlebatan kolaborator sekedar untuk membantu peneliti untuk dapat lebih
tajam melakukan refleksi dan evaluasi. Dalam proses refleksi ini segala
pengalaman, pengetahuan, dan teori instruksional yang dikuasai dan relevan
dengan tindakan kelas yang dilaksanakan sebelumnya, menjadi bahan pertimbangan
dan perbandingan sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan yang mantap dan
sahih.Proses refleksi ini memegang peran yang sangat penting dalam menentukan
suatu keberhasilan PTK. Dengan suatu refleksi yang tajam dan terpecaya akan
didapat suatu masukan yang sangat berharga dan akurat bagi penentuan langkah
tindakan selanjutnya. Refleksi yang tidak tajam akan memberikan umpan balik
yang misleading dan bias, yang pada akhirnya menyebabkan kegagalan suatu PTK.
Tentu saja kadar ketajaman proses refleksi ini ditentukan oleh kejataman dan
keragaman instrumen observasi yang dipakai sebagai upaya triangulasi data.
Observasi yang hanya mengunakan satu instrumen saja. Akan menghasilkan data
yang miskin.Adapun untuk memudahkan dalam refleksi bisa juga dimunculkan
kelebihan dan kekurangan setiap tindakan dan ini dijadikan dasar perencanaan
siiklus selanjutnya. Pelaksanaan refleksi diusahakan tidak boleh lebih dari 24
jam artinya begitu selesai observasi langsung diadakan refleksi bersama
kolaborator.
Demikianlah, secara keseluruhan
keempat tahapan dalam PTK ini membentuk suatu siklus. Siklus ini kemudian
diikuti oleh siklus-siklus lain secara bersinambungan seperti sebuah spiral.
G.
Menyusun Proposal
PTK
1.
Menyusun Proposal
a)
Pentingnya
Menyusun Proposal
Susetyo (2010:
88) mengatakan ketika akan melaksanakan
penelitian, seseorang peneliti dituntut untuk menyusun proposal. Penyusunan
proposal merupakan kegiatan yang tidak dilepaskan dengan pelaksanaan
penelitian.
b)
Kompenen
Proposal PTK
Kompenen umum isi proposal PTK meliputi:
1.
Judul
2.
Latar Belakang
Masalah
3.
Rumusan Masalah
4.
Tujuan
Penelitian
5.
Manfaat
Penelitian
6.
Kajian Teori dan
Penelitian yang Relevan
7.
Hipotesis
Penelitian (jika ada)
8.
Rencana dan
Prosedur Penelitian
9.
Jadwal
Penelitian
10. Rancangan Anggaran (kalau diperlukan: skripsi, tesis
tidak perlu)
11. Daftar Pustaka
12. Lampiran
2.
Laporan PTK
Laporan PTK disusun
dengan tujuan menyampaikan hasil kegiatan penelitian yang sudah dilakukan.
Laporan penelitian termasuk karya ilmiah.
a)
Format laporan
PTK
Bagian
Awal:
-
Halaman judul
-
Halaman Pengesahan
-
Kata pengantar
-
Daftar isi
-
Daftar tabel
(jika ada)
-
Daftar grafik
(jika ada)
-
Daftar gambar
(jika ada)
-
Daftar lambang
atau singkatan (jika ada)
-
Daftar lampiran
Bagian
Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakan Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Cara Pemecahan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E.
Manfaat
Penelitian
BAB
II KAJIAN TEORI
BAB
III RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
B. Prosedur Penelitian Tindakan
1.
Tahap
Perencanaan
2.
Tahap
Pelaksanaan/Tindakan
3.
Tahap Observasi
4.
Tahap Refleksi
C. Teknik Pengumpulan Data
D. Teknik Analisis Data
BAB
IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A.
Hasil Penilitian
B.
Pembahasan Hasil
Penelitian
BAB
V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
B.
Saran
Bagian Akhir
-
Daftar Pustaka
-
Lampiran
H.
Judul-judul PTK
1.
|
Peningkatan Keterampilan
Berbicara Melalui Metode Sosiodrama Pada Siswa Kelas V SD N 69 Kota Bengkulu
Tahun 2012
|
2.
|
Peningkatan keberwacanaan Murid
melalui Efetifitas Siswa Kelas II SD Negeri 5 Kota Curup Tahun 2012
|
3.
|
Peningkatan Keterampilan Membaca
Pemahaman Siswa Kelas IV SMP N 1 Kota Bengkulu melalui Teknik Skema
|
4.
|
Peningkatan Kemampuan Menulis
Cerita Pendek Siswa Kelas VII SMP N Taba Penajung dengan Pendekatan
Komunikatif
|
5.
|
Peningkatan Kemampuan Apresiasi
Puisi Siswa Kelas VII SMP N 3 Kota Manna melalui Penerapan Model Pembelajaran
Musikalisasi Puisi
|
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian
tindakan kelas adalah suatu penelitian atau pencermatan yang dilakukan didalam
kelas (sekelompok siswa) berupa suatu tindakan yang bermanfaat untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Penelitian tindakan (action research) memiliki ruang lingkup yang lebih luas dari PTK
karena objek penelitian tindakan tidak hanya terbatas didalam kelas, tetapi
bisa di luar kelas, seperti sekolah, organisasi, komunitas, dan masyarakat.
Ada empat
jenis PTK, yaitu:
(1) PTK
diasnogtik,
(2) PTK
partisipan,
(3) PTK
empiris, dan
(4) PTK
eksperimental (Chein, 1990).
|
PTK terdiri
dari 4 (empat) tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan: (1)
perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observing),
dan (4) refleksi (reflecting)
B. Saran
PTK telah kita jelaskan secara panjang lebar,
maka secara keseluruhan PTK sangatlah penting dilakukan oleh guru, tidak hanya
pada guru bidang Bahasa Indonesia tetapi guru-guru mata pelajaran lainnya. PTK
sangat membantu kita sebagai guru dalam memperoleh pemahaman, apa yang
sebetulnya dibutuhkan oleh siswa ketika belajar, sehingga dapat meningkatkan
mutu pendidikan.
Semoga tulisan ini dapat dijadikan
referensi oleh penbaca, serta mempunyai manfaat untuk kedepannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: PT
Bumi Aksara
Kunandar. 2008. Langkah
Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Susetyo. 2010. Penelitian
Kuantitaif dan Penelitian Tindakan Kelas. Bengkulu: Universitas Bengkulu
Wiriaatmadja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset
Tidak ada komentar:
Posting Komentar