Jumat, 11 Januari 2013

ASAL USUL BATU MENANGIS DI SUBAN AIR PANAS KABUPATEN REJANG LEBONG


P E N E L I T I A N
ASAL USUL BATU MENANGIS DI SUBAN AIR PANAS KABUPATEN REJANG LEBONG

Unib-Warna.jpg

DISUSUN OLEH:
DIAN LESTARI
A1A010049

DOSEN:
DRA. YAYAH CHANAFIAH, M.HUM

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2013

BAB I
PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang Masalah
Zaman akan semakin berkembang mengikuti arus manusia. Manusia yang modern saat ini mungkin telah banyak meninggalkan budayanya. Walaupun demikian ada sejumlah masyarakan yang masih menjalankannya, seperti ritual-ritual yang mengarah kepada kepercayaan, tarian tradisioanl, adat-istiadat serta tempat-tempat yang dianggap masyarakat setempat memiliki suatu kemistisan.
Percaya atau tidak hal tersebut secara turun temurun diturunkan oleh nenek moyang mereka dan menjadi suatu kebiasaan atau ritual yang harus dilakukan, apabila tidak maka akan ada suatu ancaman (musibah) yang menimpa khususnya yang menganut kepercayaan tersebut.
Suatu budaya yang ada dalam masyarakat merupakan hak miliki masyarakat itu. Budaya pada masyarakat biasanya dikenal dengan adat istiadat, dimana adat istiadat merupakan kegiatan yang rutin dilakukan masyarakat. Adat iatiadat ini biasanya kerap dihubung-hubungkan dengan nilai religius. Adat istiadat masyarakat biasanya berbentuk, tarian, upacara, pernikahan, dan berziarah.
Esther Kuntjara dalam bukunya mengatakan bahwa budaya memiliki ciri-ciri yaitu: budaya itu dapat dipelajari, budaya itu diturunkan dari generasi ke generasi, budaya memiliki simbol-simbol, selalu berubah, memiliki sistem yang intergral, dan budaya sifatnya adaptif. Dari penjelasan tersebut dapat kita simpulkan bahwa banyak hal yang ada dalam suatu budaya.
Objek wisata Suban Air Panas menyimpan suatu misteri tentang adanya sebuah Batu yaitu Batu Menangis yang dianggap keramat, yang dipercayai oleh masyarakat setempat. Batu yang konon dulunya selalu mengeluarkan air, dimana pada masa itu sebagai tempat persinggahan Putri Selangka saat bersedih.
Sebagaian masyarakat ada yang percaya, sebagian lagi ada yang menganggap sebagai khayalan. Secara logis hal tersebut mungkin sulit untuk dianalisa. Tetapi pada dasarnya itu adalah sebuah pemikiran atau penggabaran bagaimana orang-orang terdahulu dimasa itu.

2.    Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian kali ini yaitu berfokus pada “Asal Usul Batu Menangis Di Suban Air Panas Kabupaten Rejang Lebong”.

3.    Pembatasan Masalah
Dalam proposal ini peneliti hanya membahas asal usul Batu Menangis yang ada di Suban Air Panas Kabupaten Rejang Lebong.

4.    Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitia ini adalah sebagai suatu kajian pengetahuan kebudayaan, yang diharapkan padat memberikan pengetahuan serta informasi kepada khalayak khususnya masyarakat Rejang Lebong dan juga masyarakat yang ingin tahu hal tersebut, karena lokasi itu adalah tempat wisata.
BAB II
LANDASAN TEORI

Mungkin kita bertanya-tanya bagaimana peradaban masyarakat  Indonesia sebelum mengenal tulisan (praaksara) dapat diketahui pada masa kini. Untuk itu pada penelitian kali ini peneliti akan meneliti suatu budaya masyarakat terdahulu. Bukan penelitian yang biasa dilakukan yaitu yang berkaitan dengan disiplin ilmu. Kerena pada kali ini peneliti akan mengusut salah satu budaya yang dimiliki masyarakat yang mengarah kepada kepercayaan berupa  peninggalan yang hingga kini dipercaya oleh masyarakat setempat masih memiliki kekuatan. Dengan mengangkat cerita prosa rakyat, yang merupakan suatu cerita yang disampaikan secara turun temurun (dari mulut ke mulut) di dalam  masyarakat. Seperti: mite, legenda, dongeng.
Budaya masyarakat yang demikian banyak mengarah kepada mitos. (Suwardi Endraswara, 2003:110)  mengkaji mitos model Levi-Strauss berpendapat bahwa mitos tidak selalu relevan dengan sejarah dan kenyataan. Mitos juga tidak selalu bersifat sakral atau wingit (suci). Oleh karena, mitos yang suci pada suatu tempat, ditempat lain dianggap biasa.
Selanjutnya Suwardi Endraswara juga menjelaskan dalam bukunya metodologi penelitian satra bahwa dongeng, legenda, cerita yang tersebar secara lisan di mayarakat merupakan sastra lisan murni. Lisan dalam suwardi menjelskan bahwa sastra tersebut merupakan karangan dari hasil khayalan dan besifat mendidik.
Dalam melakukan penelitian kebudayaan biasanya mengunakan pendekatan naturalistik atau penelitian kualitatif.
Esther kuntjara, memberikan dasar pemikiran menggunakan pendekatan naturalistis yaitu sebagai berikut:
1.      Realitas pada dasarnya bersifat jamak yang hanya dapat dipelajari secara holistik.
2.      Peneliti dan yang diteliti saling berinter-aksi dan tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain.
3.      Tujuan penelitian adalah untuk menelaah suatu kasus dan memahaminya secara mendalam.
4.      Setiap unsur yang menyangkut subjek penelitian saling terkait sehingga sulit untuk mencari sebab akibatnya.
5.      Penelitian menyangkut nilai-nilai yang paling tidak ada pada, (a) Peneliti dalam memilih masalah, menilai, mengemukakan pendapat; (b) Pemilihan paradigma yang akan dipakai dalam penelitian; (c) Pemilihan teori yang digunakan dalam pengumpulan data dan penafsiran hasil penelitian; dan (e) Nilai-nilai yang terkandung pada konteks dimana subjek itu diteliti.
Penelitian dengan pendekatan naturalistik mempunyai beberapa kriteria yang lazim digunakan dalam penelitian. Kriteria tersebut antara lain: (1). Dilakukan pada tempat subyek berada dalam lingkungan yang sebenarnya, (2). Menggunakan instrumen manusia dalam penelitian ,(3). Naluri dan intuisi memengang peranan dan diperhitungkan dalam penelitian,(4). Menggunakan metode kualitatif,(5). Pemilihan sampel penelitian dilakukan tidak secara acak,(6). Lebih memilih penggunaan metode induktif,(7). Penggunaan teori yang membumi (grounded theory), (8). Rencana penelitian bisa berubah sewaktu-waktu ,(9). Hasil yang didpat bisa dinegosiasikan, (10).peloporan hasil penelitian berupa narasi, (11). Data perlu ditafsirkan berdasarkan kasus daripda digeneralistir. Penafsiran terhadap suatu kejadian bisa berbeda-beda karena sudut pandang yang berbeda, (12). Aplikasi hasil penelitian sifatnya sementara, (13). Kriteria keabsahan hasil penelitian tidak mengikuti model penelitian konvensional, tapi ditentukan berdasarkan kredibilitas, dapat tidaknya hasil ditransfer, hasil yang dapat diandalkannya, dan kepastiannya.
Penelitian kualitatif naturalistis sangat bergantung pada konteks halini beranjak dari asumsi dasar bahwa semua subyek yang tersangkjut dalam penelitian ini terikat dalam suatu jaringan interelasi yang unik dan kompleks serta saling mempengaruhi. Jaringan interelasi yang kompleks ini berada dalam suatu konteks yang membatasi dan memperluas kemungkinan keterkaitan penelitian yang dikerjakan. Satu pihak generalisasi dengan konteks lain tidaklah mungkin karena tidak ada dua konteks yang bisa sama persis. Dipihak lain memaksa satu generalisasi dengan konteks yang lain akan mengabaikan keunikan masing-masing konteks yang ada.


BAB III
                                                   METODOLOGI PENELITIAN           

1.    Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode Interviu (interview). Metode ini dibagi menjadi dua yaitu interview terikat dan interview bebas, dan yang menjadi instrumen peneliti ialah interview bebas. Interview bebas ialah dimana pewawancar bebas menanyakan apa saja tetapi juga mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan.
2.    Objek Penelitian
Menurut Badudu dan Zain (1996:1361), objek penelitian adalah sasaran pelaku yang dikenai tindakan di dalam suatu penelitian. Objek penelitian pada penelitian kali ini adalah sebuah peninggalan zaman dahulu yang bertempat di Objek Wisata Suban Air Panas yaitu dikenal dengan Batu menangis.
3.    Informan Penelitian
Adapun penentuan informan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :
a.       Berada di lokasi penelitian dan jarang meninggalkan  daerahnya, informan itu penduduk  asli tempat penelitian
  1. Sudah  dewasa, yaitu berumur  35-70 tahun,
  2. Informan berada di daerah penelitian  dan jarang meninggalkan daerahnya
  3. Informan sehat jasmani  dan rohani
  4. Punya kesediaan  waktu yang cukup
  5. Memiliki sifat yang terbuka, sabar, ramah dan tidak mudah tersinggung (Kasim, 1983 : 11)



Terkait dengan kriteria tersebut, Informan penelitian ini adalah penjaga dari Objek Wisata Suban Air Panas yaitu:

Nama                : Surya Johan, ST.
Usia         : 48 Tahun
Pekerjaan: Wiraswasta
Alamat  : Objek Wisata Suban Air Panas, Kesambe
Nama                        : M. Joni, Sos.
Usia                 : 48 Tahun
Pekerjaan     : Dinas Pariwisata
Alamat          : Kesambe Baru


4.    Instrumen  Penelitian
Instrumen utama penelitian ini adalah peneliti sendiri melalui observasi dan wawancara yang dilakukan di  tempat tinggal informan penelitian, yang dibantu oleh alat sebagai berikut : (1) tape recorder , digunakan untuk merekam  informasi pada saat wawancara berlangsung, (2) daftar pertanyaan tentang masalah yang diteliti yang diajukan kepada informan secara lisan dan dalam situasi santai  atau non  formal, (3) kertas dan pena, digunakan untuk mencatat hasil wawancara serta informasi lain dari observasi
5.    Teknik dan Alat  Pengumpulan Data
Penulis menggunakan prosedur pengumpulan data untuk memperoleh data di lapangan adalah sebagai berikut : (1) teknik simak, libat dan cakap merupakan teknik dimana peneliti terlibat langsung dalam dialog dengan informan, (2) peneliti mengobservasi ke lokasi penelitian, (3) rekaman dilakukan pada saat wawancara  berlangsung, agar peneliti mengetahui dengan jelas tentang data yang diperlukan, (4) pencatatan dilakukan untuk mencatat kembali hasil rekaman yang dilakukan (Sudaryanto, 1993 : 133 – 136). Sebelum mengambil data, peneliti melakukan pendekatan dengan objek penelitian dan informan  penelitian, yakni dengan berkunjung beberapa ke Objek Suban Air Panas dimana tempat Objek Batu Menangis tersebut.

6.    Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dilakukan dari penelitian singkat ini adalah  sebagai berikut : (1) data yang telah  diperoleh dari informan baik melalui wawancara langsung yang bersifat non formal maupun rekaman, serta dari hasil observasi dicatat pada lembaran tersendiri, (2) data yang diperoleh kemudian diklasifikasikan berdasarkan aspek-aspek yang diteliti, (3) mengklasifikasikan data sesuai dengan kebutuhan penelitian, (4) menganalisis  data penelitian sesuai dengan keadaan yang sebenarnya berdasarkan tujuan  penelitian, (5) merumuskan simpulan dan menyusun laporan.

7.    Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut: (a) Pendahuluan, (b) Landasan teori, (c) Metodologi, (d) Pembahasan, dan (d) Penutup.


BAB IV
PEMBAHASAN

Suban Air Panas adalah salah satu objek wisata yang terletak di kabupaten Rejang Lebong, di objek wisata ini terdapat beberapa peningggalan sejarah yang ditemukan dibeberapa titik lokasi yaitu salah satunya adalah Batu Menagis. Posisi batu menangis ada di objek wisata Suban Air Panas ditemukan pada zaman penjajahan jepang. Sejarah Batu Menangis itu sendiri telah ada pada zaman kerajaan Sriwijaya.
Menurut asal usulnya, bapak Surya Johan mengatakan bahwa sejarah batu menangis yaitu pada zaman Sriwijaya kebetulan di Rejang Lebong ada juga kerajaa-kerajaan kecil yang terdapat di Suban Air Panas. Ketika itu ada seorang putri yang datang ke daerah Rejang tepatnya di Suban Air Panas. Kebetulan dikerajaan tersebut ada seorang pemuda, dimana seorang pemuda itu akan dijodohkan oleh putri.
Putri tersebut adalah seorang putri yang sakti berasal dari kerajaan Sriwijaya yang bernama putri Gemerincing Emas, namun putri tersebut lebih dikenal dengan Putri Slangka. Slangka itu berasal dari kekuatan yang dimilikinya yakni dari kata selangkah, maksudnya adalah ketika putri melangkah satu kali ia dapat menghilang dan dapat muncul dimana saja yang ia inginkan.
Selanjutnya sebutan batu menangis itu sendiri kerena Putri Slangka pada waktu itu dijodohkan oleh Putra Gambir Melayang yang berasal dari kerajaan Rejang. “Putri Slangka tidak menyetujui hal tersebut dia pun merenungi nasib perjodohannya dengan Pangeran Gambir Melayang. Putri Slangka menangisi nasib perjodohannya dan pergi kesuatu tempat yang sekarang dikenal Suban Air Panas, di sana dia menemukan sebuah batu yang berbentuk petak dan diatas batu itulah ia menangis sehingga batu tersebut dinamakan dengan Batu Menangis” ujar M. Joni
Jadi, dapat disimpulkan Batu Menangis bukan merupakan tempat makam dari Putri Slangka, itu hanya sebagai rempat singgah dari putri Slangka. Putri pun diketahui tidak mati, dia hilang begitu saja setelah kejadian itu.
Setelah peristiwa tersebut konon batu  itu mengeluarkan air seperti orang menangis, pada tahun 1996 terakhir kalinya batu tersebut mengeluarkan air. Untuk melihat batu tersebut mengeluarkan air maka harus dilakukan ritual khusus dan pada malam-malam tertentu, seperti malam satu suro. Ritual tersebut dilakukan  masyarakat untuk mendapatkan jodoh, karir, menaikkan ekonomi, dan  hal tersebut diyakini dapat berhasil.
Berdasarkan Wawancara penulis kepada pengelola Suban air Panas yaitu Bapak  Surya Djohan, ia mengatakan bahwa “Situs Batu menangis ini dari awal ditemukan pada zaman penjajahan jepang tidak pernah mengalami pengurangan hanya saja di bangun pendopo untuk melindungi batu tersebut dan memang benar-benar batu itu mengeluarkan air apabila dilakukan ritual khusus” ( sumber Surya, 23 Desember 2012).
Menurut masyarakat setempat Putri Slangka pernah menampakkan dirinya disekitar area tersebut, wujudnya seperti seorang pengatin yang cantik, memakai baju seleyer, berambut panjang sepinggul, dan memakai mahkota. Putri Slangka sendiri sering menegur orang-orang yang jahil, misalnya kecing sembarangan atau berbicara yang aneh-aneh.
Narasumber juga mengatakan selain Batu Menangis, ada peninggalan Tri Sakti yang juga mempunyai pengaruh atas perjodohan Putri Slangka. Pak Surya mengatakan Tri Sakti adalah sahabat dari putri Slangka. Tri Sakti adalah tiga orang putri yang sakti dengan kekuatan yang berbeda. Disana juga masyarakat sering melakukan ritual-ritual. Narasumber juga mengatakan ketika melitas didaerah Batu Menagis dan Tri Sakti harus mengatakan “Stabik Nek” yang artinya sama dengan menyapa atau permisi atau minta izin bahwa kita mengunjunginya.
Itulah asal usul dari Batu Menangis yang ada di Suban Air Panas, yang penulis dapatkan. Sampai sekarang Batu Menangis tersebut masih dipercayai mempunyai kekuatan supranatural.





BAB V
PENUTUP
1.    Kesimpulan
Setiap daerah memiliki kebanggaan atau cerita tersendiri yang diturunkan kepada anak cucu mereka. Keberadaannnya memang sulit dibuktikan dengan akal pikiran.

Batu Menangis itu memang benar ada yaitu terdapat di daerah kabupaten Rejang Lebong. Batu menagis masih dipercaya dapat menangis ketika melakukan ritual-ritual tertentu khususnya pada malam satu suro.

Batu menangis sendiri berasal dari kisah Putri Slangka yang pernah menangis di atas batu tersebut, karena perjodohannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar