BAB
1
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Bahasa itu
bersifat dinamis, bahasa itu tidak terlepas dari berbagai kemungkinan perubahan
yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu dapat terjadi pada tataran apa
saja : fonologi, morfologi, sintaksis, semantic, dan leksikon. Pada setiap
waktu mungkin saja ada kosakata baru yang muncul, tetapi juga ada kosakata lama
yang tenggelam, tidak digunakan lagi. Meskipun bahasa mempunyai kaidah atau
pola tertentu yang sama, namun karena bahasa itu digunakan oleh seseorang yang
mempunyai latar belakang sosial dan kebiasaan berbeda, maka bahasa itu menjadi
beragam
Teori linguistik adalah teori yang
dikemukakan oleh aliran linguistik tertentu dan aliran linguistik yang memiliki
corak teori tertentu. Kriteria yang dipakai untuk membedakan dan mengelompokkan
teori/aliran linguistik adalah kekhususan cara memahami bahasa dan corak
analisisnya.
Ada empat teori besar yang
dikategorikan berdasarkan kriteria tersebut, yang pertama adalah teori/aliran
tradisional yang berdasarkan pada pola pemikiran filosofis dan bermula dari
Plato dan Aristoteles. Kategori yang kedua adalah teori/aliran struktural yang
berlandaskan faham behaviorisme yang beranggapan bahwa jiwa seseorang dan
hakikat sesuatu hanya bisa dideteksi lewat tingkah laku dan perwujudan
lahiriahnya yang tampak, sehingga aliran struktural mengamati bahasa dan
hakikatnya dalam perwujudan sebagai ujar. Kategori ketiga adalah teori/aliran
transformasional yang dipelopori oleh Noam Chomsky dan ini merupakan aksi
penolakan atas konsep strukturalisme bahwa bahasa adalah faktor kebiasaan.
Kategori yang keempat adalah aliran/teori tagmemik dan berangkat dari konsep
tagmem yang merupakan bagian dari konstruksi gramatikal dengan empat macam
kelengkapan spesifikasi ciri, yakni: slot, kelas, peran, dan kohesi. Ada satu
kategori lagi, yaitu kategori aliran lain-lain yang berisi aliran yang tidak
terlalu terkenal seperti teori/aliran Bloomfieldian, Stratifikasi, Kopenhagen,
Praha, London, dan lain-lain, namun kebanyakan teori tersebut juga sudah tercangkup
dalam teori strukturalisme.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa Ciri-Ciri Aliran
Transformasi?
2.
Apa Keunggulan
dari Aliran Transformasi?
3.
Apa Kelemahan
dari Aliran Transformasi?
4.
Bagaimana
Analisis aliran Transformasi?
5.
Bagaiman
Transformasi Generatif itu?
C.
TUJUAN
1.
Mengetahui Ciri-Ciri Aliran
Transformasi
2.
Mengetahui Keunggulan
dari Aliran Transformasi
3.
Memahami Kelemahan
dari Aliran Transformasi
4.
Mnegetahui Analisis
aliran Transformasi
5.
Mengetahui Transformasi
Generatif
BAB
2
PEMBAHASAN
Aliran transformasi pasti tidak pernah
lepas dari nama Avram Noam Chomsky. Professor linguistik dari Institut
teknologi Massachusetts yang lahir di Philadelphia, Amerika Serikat pada
tanggal 7 Desember 1928 tersebut, dikenal sebagai penggagas aliran
transformasi. Dalam bukunya yang berjudul Syntatic Structure pada tahun 1957,
Chomsky mengembangkan model tata bahasa yaitu transformational generative
grammar, dalam bahasa Indonesia disebut tata bahasa transformasi atau bahasa
generatif. Aliran ini muncul menentang aliran strukturalis yang menyatakan
bahwa bahasa merupakan kebiasaan.
Pelopor aliran ini adalah N. Chomsky
dengan karyanya “Syntactic Structure”(1957) dan diikuti oleh tokoh-tokoh
seperti Postal, Fodor, Hale, Palmatier, Lyons, Katz, Allen, van Buren, R. D.
King, R.A. Jacobs, J. Green, dll.
Aliran ini pada mulanya hanya
berbicara transformasi pada level kalimat tetapi kemudian diterapkan dalam
tataran lain seperti morfologi dan fonologi.
Tujuan penelitian bahasa adalah untuk
menyusun tata bahasa dari bahasa tersebut. .Bahasa dapat dianggap sebagai
kumpulan kalimat yang terdiri dari deretan bunyi yang mempunyai makna maka
haruslah dapat menggambarkan bunyi dan arti dalam bentuk kaidah – kaidah yang
tepat dan jelas. Syarat untuk memenuhi teori dari bahasa dan tata bahasa yaitu :
1.
kalimat yang dihasilkan oleh tata bahasa itu harus dapat diterima oleh pemakai
bahasa tersebut, sebagai kalimat yang wajar dan tidak dibuat – buat.
2.
tata bahasa tersebut terus berbentuk sedemikian rupa, sehingga satuan atau
istilah tidak berdasarkan pada gejala bahasa tertentu saja dan semuanya ini
harus sejajar dengan teori linguistik tertentu.
Kemudian disusul dengan dengan
terbitnya buku yang berjudul aspect of the theory of syntax, dalam buku ini
Chomsky menyempurnakan teorinya mengenai sintaksis dengan mengadakan beberapa
perubahan yang prinsipil. Tahun 1965 dikenal dengan standar teori, kemudian
tahun 1972 diberi nama Extended Standard Theory, tahun 1975 diberi nama Revised
Extended Standard Theory. Terakhir buku ini direvisi dengan nama Government and
Binding Theory.
Dari kesimpulan tersebut terdiri dari 3 komponen
:
1. komponen sintetik
2. komponen semantik
3. komponen fologis
Aliran ini muncul menentang aliran
strukturalis yang menyatakan bahwa bahasa merupakan kebiasaan. Transformasi
pada mulanya hanya berbicara transformasi pada level kalimat tetapi kemudian
diterapkan dalam tataran lain seperti morfologi dan fonologi. Konsep language
dan paroleh dari De Sausure, Chomsky membedakan adanya kemampuan (kompeten) dan
perbuatan berbahasa (performance). Jadi objeknya adalah kemampuan. Seorang
peneliti bahasa harus mampu menggambarkan kemampuan si pemakai bahasa untuk
mengerti kalimat yang tidak terbatas jumlahnya, yang sebagian besar,
barangkali, belum pernah didengarnya atau dilihatnya. Kemampuan membuat kalimat
– kalimat baru disebut aspek kreatif bahasa Dalam buku Tata Bahasa Transformasi
lahur bersamaan dengan terbitnya buku Syntatic Structure tahun 1957. buku ini
sering disebut “ Tata Bahasa Transformasi Klasik .
Menurut Judith Green dalam bukunya
yang berjudul op cit, menerangkan bahwa teori Chomsky mengenai generative
transformational grammer adalah yang pertama memaksa ahli-ahli psikologi untuk
mempertimbangkan kembali keseluruhan pendekatan mereka terhadap studi; tingkah
laku bahasa, dan memaklumkan revolusi psikolinguistik.
A. CIRI-CIRI ALIRAN TRANSFORMASI
- Berdasarkan faham mentalistik. Aliran ini meganngap bahasa bukan hanya proses rangsang-tanggap akan tetapi merupakan proses kejiwaan. Aliran ini sagat erat dengan psikolinguistik.
- Bahasa merupakan innateBahasa merupakan faktor innate(keturunan/warisan)
- Bahasa terdiri dari lapis dalam dan lapis permukaan.Teori ini memisah bahasa menjadi dua lapis yaitu deep structure dan surface structure. Lapis batin merupakan tempat terjadinya proses berbahasa yang sebenarnya secara mentalistik sedangkan lapis permukaan adalah wujud lahiriah yang ditransformasi dari lapis batin.
- Bahasa terdiri dari unsur competent dan performance Linguistic competent atau kemampuan linguistik merupakan penegtahuan seseorang tentang bahasanya termasuk kaidah-kaidah di dalamnya. Linguistic performance atau performansi linguistik adalah keterampilan seseorang menggunakan bahasa.
- Analisis bahasa bertolak dari kalimat.
- Penerapan kaidah bahasa bersifat kreatif. Ciri ini menentang anggapan kaum struktural yang fanatik terhadap standar keumuman. Bagi kaum tranformasi masalah umum tidak umum bukan suatu persoalan yang terpenting adalah kaidah.
- Membedakan kalimat inti dan kalimat transformasi.Kalimat inti merupakan kaliamt yang belum dikenai transformasi sedangkan kalimat transformasi merupakan kalimat yang sudah dikenai kaidah transformasi yang ciri-cirinya yaitu lengkap, simpel, statemen, dan aktif. Dalam pertumbuhan selanjutnya ciri itu ditambah runtut dan positif.
- Analisis diwujudkan dalam diagram pohon dan rumus. Analisis dalam teori ini dimulai dari struktur kalimat lalu turun ke frase menjadi frase benda (NP) dan frase kerja (VP) kemudian dari frase turun ke kata.
- Gramatikal bersifat generatif.Bertolak dari teori yang dinamakan tata bahasa generatif tansformasi (TGT).
B. KEUNGGULAN ALIRAN
TRANSFORMASI
- Proses berbahasa merupakan proses kejiwaan buakan fisik.
- Secara tegas memisah pengetahuan kebahasaan dengan keterampilan berbahasa (linguistic competent dan linguistic performance)
- Dapat membentuk konstruksi-konstruksi lain secara kreatif berdasarkan kaidah yang ada.
- Dengan pembedaan kalimat inti dan transformasi telah dapat dipilah antara substansi dan perwujudan.
- dapat menghasilkan kalimat yang tak terhingga banyaknya karena gramatiknya bersifat generatif.
C. KELEMAHAN ALIRAN
TRANSFORMASI
- Tidak mengakui eksistensi klausa sehingga tidak dapat memilah konsep klausa dan kalimat
- Bahasa merupakan innate walaupun manusia memiliki innate untuk berbahasa tetapi tanpa dibiasakan atau dilatih mustahil akan bisa.
- Setiap kebahasaan selalu dikembalikan kepada deep structure
D.
ANALISIS ALIRAN TRANSFORMASI
·
Menyimpulkan bahasa sebagai peggunaan simbol
yang tak terhingga dengan alat yang terbatas.
·
Menegaskan harus adanya aturan gramatika tertentu
yang menyeluruh dan bisa menghasilkan kalimat-kalimat gramatik yang mungkin
ada.
·
Membedakan kalimat dasar (sederhana, aktif,
pernyataan) dengan kalimat transformasi (majemuk, pasif, pernyataan).
·
Menegaskan bahwa setiap orang lahir dengan
dianugerahi kemampuan berbahasa (innate ability).
·
Struktur dalam (deep structure) adalah
struktur dasar tapi tak teramati, yang ada dalam pikiran si pembicara /
penanggap tutur dan dengan competencenya mereka mentransformasikan struktur
dasar tadi ke dalam struktur luar (surface structure), yaitu ujaran dan
tulisan. Kalimat ujaran tersebut merupakan performancenya.
·
Menganggap kegiatan bahasa sebagai tingkah
laku yang dikendalikan aturan-aturan, bebas dari stimulus. Aturan-aturan ini
begitu ampuh hingga membuat penutur asli mampu menyusun dan mengerti
kalimat-kalimat baru yang belum pernah dibuat dan didengarnya.
·
Menyatakan pentingnya pelibatsertaan makna
dalam menyusun analisis gramatika bahasa.
E. TRANFORMASI
GENERATIF
1. Rumus Struktur
Frasa
Rumus ini ialah rumus yang menulis
kembali lambang-lambang bukan terminal, iaitu perkataan. Contoh-contoh rumus
struktur frasa adalah seperti yang berikut:
a) A FN + FK
b) FK K + FN
c) FN N + petunjuk
d) K baca
e) Penunjuk itu
f) N budak, buku
Rumus-rumus di atas akan menerbitkan kalimat Budak
itu membaca buku.
2. Rumus-rumus
Transformasi
Rumus ini mengambil kalimat yang
dihasilkan oleh rumus struktur frasa seperti yang terdapat dalam rumus di atas
sebagai input dan memindahkan, menggugurkan, dan menyambungkan unsur-unsur
tertentu dalam kalimat tadi. Berbeda dengan rumus struktur frasa yang mempunyai
susunan yang bebas, rumus-rumus transformasi disusun mengikut susunan tertentu.
Susunan ini penting untuk menghasilkan kalimat- kalimat yang gramatis. Rumus
transformasi dianggap penting untuk memperlihatkan hubungan sintaksis yang
terdapat di antara dua struktur yang berbeda, misalnya antara kalimat aktif
dengan kalimat pasif yang berkut:
1.
a) Ahmad membaca buku itu.
b)
Buku itu dibaca oleh Ahmad.
2.
a) Kucing mengejar tikus.
b)
Tikus dikejar oleh kucing.
Secara kasar rumus pasif mengatakan bahawa :
Sekiranya A 1 merupakan kalimat
gramatis yang berbentuk FN 1–Kb –K – FN 2 maka urutan yang berbentuk FN – Kb –K
– oleh + FN 1 yang dihasilkan dari padanya juga merupakan kalimat gramatis. Antara
alasan yang dikemukakan untuk menunjukkan bahawa kalimat pasif diterbitkan daripada
kalimat aktif ialah hampir semua kalimat aktif mempunyai kalimat pasifnya. Juga
dengan menganggap kalimat pasif sebagai transformasi daripada kalimat aktif,
kita tidak perlu menyatakan syarat-syarat sesuatu frasa nama. Antara alasan
yang dikemukakan untuk menunjukkan bahawa kalimat pasif diterbitkan daripada kalimat
aktif ialah hampir semua kalimat aktif mempunyai kalimat pasifnya. Juga dengan
menganggap kalimat pasif sebagai transformasi daripada kalimat aktif, kita tidak
perlu menyatakan syarat-syarat sesuatu frasa nama berulang-ulang. Kita hanya
perlu menyatakannya sekali dalam kalimat aktif dan syarat ini dikekalkan dalam kalimat
pasifnya. Contoh :
3 a) Rosnah minum air
b) Air diminum oleh Rosnah.
4 a)* Baju mencuci saya
b)* Saya dicuci oleh baju.
Transformasi pasif ini dinamakan
transformasi opsional atau pilihan kerana ia tidak semestinya berlaku. Kita
mempunyai pilihan sama ada untuk mengaplikasikannya atau tidak. Kalau tidak
mahu mengaplikasikannya, kita masih dapat ayat yang gramatis. Ini berbeda
dengan apa yang dikenal sebagai transformasi wajib yaitu transformasi yang
mesti berlaku untuk membentuk kalimat yang gramatis. Kalau transformasi wajib
tidak diaplikasikan hasilnya ialah kalimat yang tidak gramatis. kalimat 5 dan 6
merupakan kalimat yang tidak gramatis kerana transformasi yang menambahkan
imbuhan yang sesuai adalah transformasi wajib dalam bahasa Melayu.
5 * Dia mencerita persoalan itu kepada
saya.
6 * Ini menunjuk bahawa persoalan itu tidak benar.
Contoh-contoh transformasi yang lain termasuk kalimat
tanya, kalima negatif, dan sebagainya.
BAB
3
PENUTUP
KESIMPULAN
Aliran transformasi pasti tidak pernah
lepas dari nama Avram Noam Chomsky. Professor linguistik dari Institut
teknologi Massachusetts yang lahir di Philadelphia, Amerika Serikat pada
tanggal 7 Desember 1928 tersebut, dikenal sebagai penggagas aliran transformasi.
Aliran ini muncul menentang aliran
strukturalis yang menyatakan bahwa bahasa merupakan kebiasaan. Transformasi
pada mulanya hanya berbicara transformasi pada level kalimat tetapi kemudian
diterapkan dalam tataran lain seperti morfologi dan fonologi.
Berdasarkan faham mentalistik. Aliran
ini menganggap bahasa bukan hanya proses rangsang-tanggap akan tetapi merupakan
proses kejiwaan. Aliran ini sagat erat dengan psikolinguisti
Proses berbahasa merupakan proses
kejiwaan bukan fisik. Secara tegas memisah pengetahuan kebahasaan dengan
keterampilan berbahasa (linguistic
competent dan linguistic performance). Dapat membentuk
konstruksi-konstruksi lain secara kreatif berdasarkan kaidah yang ada. Dengan
pembedaan kalimat inti dan transformasi telah dapat dipilah antara substansi
dan perwujudan. Dapat menghasilkan kalimat yang tak terhingga banyaknya karena
gramatiknya bersifat generatif.
Aliran transformasi tidak mengakui
eksistensi klausa sehingga tidak dapat memilah konsep klausa dan kalimat. Bahasa
merupakan innate walaupun manusia
memiliki innate untuk berbahasa
tetapi tanpa dibiasakan atau dilatih mustahil akan bisa. Setiap kebahasaan
selalu dikembalikan kepada deep structure
Tidak ada komentar:
Posting Komentar