Dalam
bahasa Inggris, masyarakat tutur memiliki padanan istilah yakni speech community. Masyarakat tutur
secara teori termasuk ke dalam variasi atau ragam bahasa dalam konteks sosial.
Ragam bahasa dalam konteks sosial
memiliki dua hal yang saling berkaitan yaitu verbal repertoire dan
masyarakat tutur. Sebelum masuk ke dalam pengertian masyarakat tutur, lebih
baik kita memahami verbal repertoire terlebih dahulu. Verbal repertoire
merupakan kemampuan komunikatif di mana kemampuan ini terbagi dua yaitu
kemampuan komunikatif yang dimiliki oleh setiap penutur secara individu dan
kemampuan komunikatif yang dimiliki oleh masyarakat tutur secara keseluruhan.
Adapun kemampuan komunikatif setiap penutur ditentukan oleh masyarakat di mana
ia merupakan anggotanya, dan kemampuan komunikatif suatu masyarakat tutur
terjadi dari himpunan kemampuan komunikatif seluruh penutur dalam masyarakat
menjadikan pengertian masyarakat tutur bukan sekedar kelompok orang yang
mempergunakan bentuk bahasa yang sama. Akan tetapi, kelompok orang-orang yang
juga mempunyai norma yang sama dalam memakai bentuk-bentuk bahasa.
Fishman
(1975:28) memberi batasan bahwa masyarakat tutur ialah suatu masyarakat yang
anggota-anggotanya setidak-tidaknya mengenal satu variasi tutur beserta
norma-norma yang sesuai dengan pemakaiannya. Hal ini menjelaskan bahwa
masyarakat tutur bersifat netral dalam arti dapat digunakan secara luas dan
besar serta dapat pula digunakan dalam menyebut masyarakat kecil atau
sekelompok ornag yang menggunakan bahasa relatif sama dan mempunyai penilaian
yang sama dengan pemakaian bahasanya.
Dalam
bukunya, Leonard Bloomfield (1933 ch.3) pernah membahas mengenai masyarakat
tutur namun terdapat kerancuan dan ketidak sepakatan akan masyarakat tutur
menurut beberapa pakar sosiolinguistik lain. Misalnya saja menurut Bloomfield
sendiri, masyarakat tutur merupakan sekelompok orang yang berinteraksi dengan
cara berbicara. Ini memungkinkan bahwa beberapa dari mereka berinteraksi dengan
cara satu bahasa dan menggunakan bahasa lain dengan orang yang lain pula.
Berbeda dengan pendapat John Lyons (1970:326). Secara garis besar ia mengatakan
bahwa semua orang yang menggunakan bahasa atau dialek tertentu merupakan
masyarakat tutur. Menurut definisi ini, masyarakat tutur menjadi tumpang tindih
sebab ada dwibahasa individu yang tidak memerlukan kesatuan sosial atau budaya.
Pakar lain yaitu menurut Gumperz (1968), masyarakat tutur adalah setiap jumlah
total manusia yang ditandai oleh adanya interaksi rutin dengan tanda-tanda
verbal dan ada pula jumlah total serupa dengan perbedaan yang signifikan dalam
penggunaan bahasa, hal ini tidak harus ada pada satu bahasa untuk setiap masyarakat
tutur. Penekanannya ada pada komunikasi dan interaksi. Labov (1972:120)
menjelaskan bahwa masyarakat tutur tidak didefinisikan sebagai persetujuan yang
ditandai dalam penggunaan elemen bahasa. Lebih banyak pada partisipasi dan
pembagian norma.
Hampir
sama dengan definisi yang diberikan oleh Labov, merujuk pada pembagian
norma-norma dan pola abstrak akan keanekaragaman dibandingkan dengan kebiasaan
tutur telah disampaikan oleh Dell Hymes (1972) dan Michael Halliday (1972). Hal
ini dapat terlihat bahwa definisi semacam ini meletakkan penekanan atau
penegasan akan masyarakat tutur sebagai sebuah kelompok di mana orang merasa
dirinya berada di sebuah komunitas dalam arti tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar